Memilih Kembali ke Hakikat (Alasan Memilih Jurusan Kehutanan)

Nama saya Nafa Putri Maharani. Saya mahasiswi semester 2 di Universitas Lampung. Saya mendalami jurusan apa? Kehutanan. Mungkin selain orang yang memahami atau menghargai bidang ini akan bingung. Ditentang, dipandang aneh, dan dipertanyakan adalah hal biasa karena saya juga berawal dari tidak tahu apa-apa.

Proses saya "tercebur" ke dalam jurusan Kehutanan merupakan jalan yang acak. Tidak pernah terbayang bahwa saya akan mempelajari pola pikir anak Kehutanan. Saya hanya suka Biologi saat SMA. Tidak ada jurusan Kehutanan melintas selama saya belajar untuk mendapat nilai bagus di sekolah. Saya lahir dan besar di kota, tidak berdampingan langsung dengan hutan. Namun, jika harus mengulang waktu, maka saya akan tetap memilih jurusan ini dengan lebih siap.

Naik tingkat ke kelas 12 di SMA membuat saya bertanya-tanya arah yang ingin ditempuh. Seperti kebanyakan remaja yang mulai memikirkan banyak hal termasuk masa depan yang dini, saya berusaha mencari tahu banyak jurusan, membaca artikel pekerjaan berprospek bagus, sampai mencocokkan tes kepribadian dengan bidang yang menurut saya menarik. Kemudian, satu artikel berjudul "Jurusan-Jurusan yang Memiliki Prospek Kerja Bagus tapi Sepi Peminat" berhasil membuat saya mencantumkan jurusan Kehutanan di daftar potensi pilihan jurusan milik saya. Selain Kehutanan, beberapa bidang Pertanian terkait, ikut serta. Ternyata hal tersebut belum cukup untuk memantapkan hati. Lalu, seolah takdir, saya dibuat jatuh cinta oleh leaflet IPB University pada Education Fair di sekolah saya. Terkesan berlebihan, tapi momen itu mengukuhkan saya untuk memilih Kehutanan sampai akhir. Saya meletakkan Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata - IPB pada SNMPTN dan Kehutanan - Unila pada SBMPTN.

Niat memang kuat, tapi seperti yang saya bilang, saya berawal dari tidak tahu apa-apa sehingga jika ditanya alasan belajar di jurusan Kehutanan, maka saya jawab hanya ingin melindungi. Hasil kajian FWI (Forest Watch Indonesia), pada periode 2013-2017 angka deforestasi hutan alam di Indonesia sebesar 5,7 juta hektare dengan 2,8 juta hektare berada dalam konsesi dan 2,9 juta hektare lainnya berada di luar konsesi. Deforestasi tentunya juga mempengaruhi keberadaan satwa dan tumbuhan. Melihat itu, keinginan saya mengabdi dan melindungi hutan beserta organisme di dalamnya. Akan tetapi, ternyata bidang Kehutanan sangatlah kompleks dan multidisiplin. Konservasi bukan hanya melindungi, melainkan memanfaatkan hutan secara bijak serta lestari untuk masa sekarang dan mengalokasikannya untuk generasi masa depan. Saya belajar bagaimana mengelola ekosistem hutan agar tetap bisa digunakan dibanding mengeksploitasi sembarangan. 

Setelah melalui satu semester di jurusan ini, saya sadar bahwa mempelajari bidang Kehutanan bukan tentang ingin menjadi ahli konservasi atau untuk mencapai beberapa pekerjaan. Kehutanan dan hutan adalah hidup saya sendiri, hidup manusia. Oleh karena itu, sebagai penutup saya akan mengutip kalimat Mahatma Gandhi yang mengatakan, "What we are doing to the forests of the world is but a mirror reflection of what we are doing to ourselves and to one another," yakni apa yang kita lakukan kepada hutan dunia hanyalah cerminan dari apa yang kita lakukan kepada diri sendiri dan satu sama lain. Suatu saat, apabila saya ditanya kembali alasan memilih Kehutanan, saya akan berpegang teguh dengan kalimat tersebut.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Substitution

Menyapa Kembali